Minggu, 22 Januari 2012

The child at risk of sumba island


A.  Latar belakang adat dan budaya Sumba menggambarkan pengabaian terhadap hak dan kepentingan anak.

Adat istiadat di Sumba Timur sangat di junjung tinggi sehingga hal itulah yang mengendalikan atau mencadi kontrol bagi segala aspek kehidupan masyarakat. Adat di Sumba identik dengan pengorbanan. Masyarakat  Sumba lebih rela hidup miskin, menderita, melarat demi terlaksananya adat istiadat. 
Pada umumnya harta benda dan hewan seperti babi, sapi, kuda, kerbau akan menjadi korban dan secara langsung akan terlihat hak-hak dari anak mengecap kebahagian dikorbankan termasuk dalam bidang pendidikan.  Banyak anak yang putus sekolah, tidak melanjutkan ke pendidikan yang lebih baik karena alasan biaya, tetapi yang mengherankan ketika pelaksanaan adat istiadat hampir semua masyarakat Sumba mampu melaksanakannya meski harus terlilit hutang piutang.
Tokoh – tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh adat menjadi sentral perhatian masyarakat umumnya yang harus dihormati.  Sehingga budaya “makan dibelakang  atau makan belakangan”bagian yang tren bagi anak-anak. Artinya segala sesuatu termasuk dalam hal pelayanan makanan yang selalu didahulukan adalah para tokoh yang disebut dalam bahasa sumba “ Ama bokul”dan anak-anak tidak di perhatikan, dan mereka akan mencari sendiri apa yang mereka butuhkan.
Pada hal dari budaya ini sebenarnya sangat berpengaruh buruk terhadap pembentukan karakter dari anak-anak. Hal ini hanya dapat mematikan potensi-potensi yang ada dalam diri anak. Anak-anak sebagai calon pemimpin masa depan seharusnya dibiasakan untuk menjadi orang terdepan namun dengan budaya sedang membiaskan anak orang belakang dan penakut. Budaya ini adalah salah satu lingkungan makro yang dapat mempengaruhi perkembangan dan menentukan masa depan seorang anak.
Hipotesa kami menyatakan bahwa banyak anak-anak daerah  Sumba, sukar untuk menjadi pemimpin yang berani salah satu alasannya karena budaya ini. Sebab budaya ini juga mempengaruhi setiap orang tua dijadikan pola asuh dalam keluarga yang sebenarnya adalah tempat pendidikan yang paling mendasar bagi anak. Dan masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan orang sumba yang dipengaruhi adat yang semuanya mengabaikan hak dan kepentingan anak.

B.   SEKOLAH
Dari segi pendidikan , di Sumba memang sudah ada dan berkembang sudah cukup lama.  Tetapi yang menjadi kendala utama adlah orang-orang sumba belum mempunyai kesadaran akan pentingnya pendidikan. Sehingga banyak orang tua yang tidak mau menyekolahkan anak nya alasannya yaitu tadi seperti diatas sebagai korban egoisme adat istiadat dan supaya anak bisa membantu orang tua untuk mengerjakan kebun,sawah dan ladang serta untuk menggembalakan hewan. Kalaupun mereka menyekolahkan anak mereka  cukup mengenal huruf, membaca, menulis dan menghitung agar tidak dibodoh-bodohin orang. Di sini hak anak untuk mengecap pendidikan guna hidup yang lebih baik kedepannya diabaikan juga. Ini dari sisi masyarakat sumba pada umumnya.
Dari sisi lembaga pendidikan di Sumba kalau mau di kritisi  sebenarnya masih menggunakan sistem diktator meskipun undang-undang perlindungan hak anak sudah ada. Mengapa demikian saya katakan karena walaupun tidak terlihat secara secara langsung guru mengadakan kekerasan fisik terhadap anak didik tetapi tetapi kekerasan terhadap psikologis anak masih ada. Contohnya suara dengan nada keras dan tinggi, kata-kata yang mempermalukan anak didepan anak lainnya, sangsi sepert cabut rumpu atau lainnya ketika anak melanggar dan juga termasuk pemberian tugas yang melampauhi kemampuan siswa.
Sekolah yang seharusnya dapat menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi anak akhirnya menjadi tempat yang menyeramkan dan menakutkan bagi mereka. Sehingga banyak anak yang malas untuk pergi belajar dan untuk pergi kesekolah harus dipaksakan oleh orang tua mereka. Mereka lebih memilih bermain dirumah bersama adi-adik atau teman lainnya yang menyenangkan. Dan masih banyak juga masalah-masalah pendidikan yang terjadi disekolahan di Sumba yang mengesampingkan hak-hak dari anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar